Sabtu, 10 Maret 2012

contoh naskah drama

Suasana panggung sepi, hanya terdengar suara dari mulut anak-anak memanggil angin :
Angin kecil, kembalikan angin besar, datanglah
Angin kecil, kembalikan angin besar, datanglah

Berkali kali suara itu didendangkan dengan maksud agar angin mau datang. Kemudian keluarlah dua anak laki-laki , mereka bernama Agus dan Jaya. Kedua anak itu keluar dengan gaya sedang menaikkan layang-layang

Jaya: Agus, kenapa angin besar tidak mau bertiup? Musim hujan mulai datang dan biasanya angin selalu kencang bertiup

Agus: Iya ya, kenapa dari tadi hanya angin kecil yang bertiup, layang-layangku jadi tidak bisa naik

Jaya: Coba kita panggil angin sekali lagi, siapa tahu sekarang jadi mau datang angin besarnya

Agus: Ayoo, memang manja sekali angin musim penghujan ini

Agus dan Jaya mulai berdendang seperti tadi :
Angin kecil, kembalikan angin besar, datanglah
Angin kecil, kembalikan angin besar, datanglah

Berkali kali mereka berdendang, tetapi angin masih tidak mau bertiup kencang juga

Jaya: Capek aku Gus, tapi angin tetap tidak mau bertiup kencang

Agus: kita istirahat dulu, kita tunggu saja angin besar datang sendiri

Kemudian kedua anak tersebut duduk beristirahat di bawah pohon

Jaya: Gus, benang layanganku selalu aku gelas dengan gelas telepon. Tajam dan selalu menang, tidak pernah kalah

Agus: Tak pernah kalah?

Jaya: Iya tak pernah kalah

Agus: Betul?

Jaya: Betul

Agus: Minggu kemarin? waktu itu kamu kalah dan menangis. Dan, ketika kamu adukan ke ayahmu, malah kamu dijewer dan menangis sampai suaramu terdengar di rumahku

Jaya: Kapan sih?

Agus: Minggu kemarin waktu kamu kalah dengan layang-layangnya si Wito

Jaya: Oh waktu itu

Agus: iya

Jaya: Ya, kan hanya sekali itu aku kalah

Agus: Tadi kamu bilang kalau tidak pernah kalah

Jaya: Pernah, hanya sekali itu lah

Agus: Sekali kan artinya tetap pernah kalah

Jaya: Ya pernah, tetapi hanya sekali. Kalo dengan layang-layangmy aku tidak pernah kalah kan.

Agus: ya sudah, ayo kita adu sekarang, mumpung angin besar mulai datang

Kemudian kedua anak tersebut berlari-lari kesana kemari. Tidak lama kemudian terdengar tangisan.

Agus: Aduh, kenapa kamu selalu menangis tiap kali kalah bermain layangan?

Jaya: huhuhuhu (sambil terisak isak), layang-layangku...layang-layangku..

Agus: Ya sudah, malas aku bermain dengan anak cengeng seperti kamu Jaya

Agus berjalan pulang meninggalkan Jaya. Tidak lama kemudian Jaya juga pulang sambil tetap menangis